Pedoman "SESORAH" (Pidato Bahasa Jawa)
(Disertai contoh
Teks Sesorah Bahasa Jawa)
Kita
sering mendengarkan dan memperhatikan pidato. Kadang di benak kita
juga muncul anggapan (atau mungkin semacam tuduhan) bahwa pidato
seseorang hanya meniru pidato dari orang lain. Apalagi bila kita
mendengar istilah atau rangkaian kalimat yang digunakan dalam pidato
seseorang itu hampir sama atau bahkan sama persis dengan istilah atau
rangkaian kalimat yang digunakan orang lain. Dari urutan konsep atau
sistematikanya sampai dengan susunan tata bahasa yang digunakan saat
pidato hampir sama antara satu orang dengan orang lain. Ya, kalau
demikian memang sekilas orang melakukan pidato hanya saling meniru.
Tapi BENARKAH DEMIKIAN….??
Jawabannya
memang ada dua, bisa dijawab BENAR, tapi lebih baik dijawab TIDAK.
Kenapa?
BENAR
bahwa diantara sekian banyak orang yang bisa melakukan pidato berawal
dari menirukan cara pidato orang lain. Bahkan ada orang bisa pidato
dengan (terkesan) bagus hanya karena mendengarkan dan menghafal hasil
rekaman pidato orang lain.
Tapi sebaiknya tuduhan dalam benak kita itu kita jawab dengan kata
“TIDAK BENAR”. Artinya kita menyadari bahwa orang yang bisa dan
biasa pidato itu tidak sekedar saling meniru. Kalaupun awalnya ia
mampu pidato karena menirukan orang lain, atau karena menghafal hasil
rekaman pidato orang lian, akhirnya dalam diri orang itu akan muncul
dengan sendirinya pemahaman tentang segala sesuatu yang ada dalam
pidato. Yang berarti ia mengetahui dan memahami pedoman tentang
pidato.
Jadi
pada intinya, bukan masalah dari mana dan bagaimana awalnya kita
belajar melakukan pidato, tetapi yang terpenting adalah kalau kita
kepingin bisa pidato maka kita harus memahami terlebih dahulu
ketentuan apa saja yang harus dipenuhi. Untuk itu, ada baiknya kita
pahami bersama apa saja ketentuan yang harus dipenuhi dalam pidato.
Kita sepakat saja bahwa pidato yang baik adalah pidato yang
disampaikan secara runtut sehingga orang yang mendengarkan mudah
menangkap dan memahami maksud pidato yang kita sampaikan. Kita juga
sepakat bahwa agar pidato kita bisa runtut hingga memudahkan orang
lain memahami, maka kita perlu membuat kerangka urutan materi pidato
atau sesorah, yang antara lain sebagai berikut :
1.
Uluk salam / menyampaikan salam
2.
Atur Pambuka / salam pembuka
3.
Nyebat Tamu / menyebut tamu yang hadir
4.
Atur puji syukur sarta panuwun / memanjatkan syukur dan ucapan
terima kasih
5.
Wigatining atur / inti pesan
6.
Pengejeng-ajeng lan pangajak / permohonan dan harapan
7.
Atur panutup / kata penutup
Nah,
itulah kurang lebih garis besar yang (harus) ada dalam rangkaian
sesorah. Tetapi yang harus diingat bahwa keberhasilan sesorah tidak
hanya ditentukan oleh sistematika tersebut, malainkan juga sangat
dipengaruhi oleh diri pribadi kita. Bagaimana seseorang harus
bersikat ketika ia melakukan sesorang. Perlu kita pahami bahwa ketika
kita berpidato atau sedang melakukan sesorah, kita harus bersikap
agar mampu menarik perhatian tamu yang hadir atau siapa saja yang
berada dalam lingkup acara. Seorang yang melakukan sesorah dituntut
mampu berperan dan berpenampilan serta melakukan hal-hal yang dapat
menarik perhatian hadirin. Dalam sesorah (pidato), seseorang sangat
dianjurkan mempu memiliki empat “ wa” satu “ba”,
yaitu wicara (basa), wirasa, wirama, wiraga dan busana.
Disamping itu, kita juga harus menghindari hal-hal yang
menjenuhkan tamu dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan
ruang lingkup acara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar